96. Yesus pergi
menghadap kepada Allahnya dan Allah kita
“Kakta Yesus
kepadanya: janganlah engkau memegang aku, sebab aku belum pergi kepada Bap’
tetapi pergilah kepada saudara – saudara – Ku dan katakanlah kepada mereka,
bahwa mereka sekarang akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah Ku dan
Allahmu” (Yohanes 20:17).
Ayat tersebut
merupakan ucapan Yesus setelah kebangkitannya pada hari yang ketiga, lalu
menampakkan dirinya kepada seorang wanitabernama Maria Magdalena yang sedang
mencari mayat yesus.
Ketika mareia
Magdalena mengetahui bahwa Yesuslah yang dihadapkan dia, Maria mau memegang
namun Yesus menolak dan berkata, “Jangalah engkau memegang Aku, sebab aku belum
pergi kepada Bapa, tetapi pergilahkepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah
kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku da Bapamu, kepada
Allah-Ku dan Allahmu”
Dari ayat yang
tertulis di atas ini dapat kita pahami bahwa:
-
Setiap yang mau pergi kepada Bapanya (Allah), pasti bukan Allah.
-
Yesus mau pergi kepada Bapanya (Allah), berti Yesus bukan Allah.
-
Yesus mengaku akan pergi ke Bapa (Allah) dan Bapa kita (Allah), berati Yesus bukan Allah. Tuhan yang Yesus sembah adalah Tuhan!.
Dalam Al Qur’an
Qs. 43 Az Zuhkruf 64 dan Qs. 3 Ali Imran 51, Isa as menyuruh pengikutnya, Bani
Israil, untuk menyembah hanya Allah Tuhanku dan Allah Tuhanmu.
“Sesungguhnya
Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, maka sembahlah Dia, Inilah jalan-jalan yang
lurus” (Qs 43 Az Zukruf 64).
“Hai
orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ia Yesus dari
Nazaret, seorang yang telah menentukanAllah dan yang dinyatkan kepadamu dengan
kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah
dengn perantaraan Dia (Yesus) di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu”.
Ayat tersebut
bukan ucapan Yesus, tapi adalah kotbah Petrus dihadapan murid-murid Yesus
tentang kematian Yesus yang dibunuh dan bangkit pada hari kitiga.
Dari bunyi ayat
tersebut, dapat kita pahami sebagai berikut :
-
Setiap orang yang ditentukan oleh Allah, pasti bukan Allah.
-
Yesus adalah orang yang ditentukan oleh Allah, berarti yesus bukan Allah.
-
Setiap yang membuat mukjizat dengan kekuatan Allah, pasti bukan Allah
-
Yesus bermukjizat atas kekuatan dari Allah, berarti Yesus bukan Allah.
-
Setiap yang menjajdi perantara Tuhan, pasti bukan Tuhan.
-
Yesus menjadi perantara Tuhan, berarti Yesus bukan Tuhan!!.
Mukjizat Yesus
sehebat apapun tidak berarti Yesus itu Tuhan. Dan semua itu bisa terjadi bukan
atas kehbatannya sendiri. Tetapi karena atas izin Allah Swt. (Qs. 3:49, Qs.
2:87,253)
“Jadi seluruh kaum Israel harus
tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu,
menjadi Tuhan dan Kristus” (Kisah Rasul
2 :36).
Masih dalah
konteks kotbah Petrus kepada murid-murid Yesus, dia katakana bahwa orang Esrael
harus tahu bahaw Allah telah membangkitkan Yesus yang disalibkan itu menjadi
Tuhan dan Kristus. Rasanya sangat janggal bahwa Allah menjadika Yesus sebagai
Tuhan.
-
Setiap yang dibangkitkan oleh Allah, pasti bukan Allah.
-
Yesus dibangkitkan oleh Allah, Allah berarti Yesus bukan Allah.
Jika Allah
menjadi Yesus Tuhan, berate ada tuhan selain Allah. Jika Yesus sudah dijadikan
Tuhan, bearti Tuhan itu lebih dari satu. Padahal Yesus beraksi dalan Injil
Markus 12: 29, bahwa Tuhan itu Esa. Ini berarti dia itu bukan Tuhan.
“Jawab Yesus: “Hukum ynag
terutama ialah Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa
“ (Markus 12:29)
Al Qur’an juga
mengatakan bahwa Allah itu Esa tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana firman-Nya
dlam Qs. 2: 133, Qs 2:163, Qs 4:171, Qs 5:73, Qs 6:19, Qs
9:31, Qs 12:39, Qs 37:4, Qs 38:65, Qs 39:4, Qs 40:16, Qs 41:6, Qs
112:1, dan lain-lain. Kita dapat mengambil contohnya sebagai berikut
:
“Dan Tuhan kamu
adalah Tuhan Yang Esa; tidak Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang.” (2)
(Qs 2 Al Baqarah 163).
“Sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Esa.” (Qs 37 Ash Shaaffaat
4).
“Katakanlah,
“Dia-lah Allah yang Maha Esa.” (Qs 112 AL Ikhlas
1).
“Lalu katanya :
“Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri disebelah kanan
Allah.” (Kisah Rasul 7:56).
Ayat tersebut
adalah ucapan Stefanus dan bukan ucapan dari Yesus sendiri. Penglihatan Stefanus
tersebut sungguh tidak rasional. Bagaimana Stefanus bisa melihat bahwa Yesus
duduk di sebelah kanan Allah? Jika Yesus yang adalah Anak Manusia berdiri
disebelah kanan Allah, sementara Yesus itu sendir adalah Tuhan (Allah), berarti
ada dua Allah. Allah yang satu berdiri disebelah kanan dan Allah yang satu lagi
berdiri disebelah kiri.
-
Setiap yang disebut Anak Manusia, pasti bukan Tuhan.
-
Yesus disebut sebagai Anak Manusia, berarti Yesus bukan Tuhan.
-
Setiap yang berdiri disebelah kanan Tuhan, pasti bukan Tuhan.
-
Yesus berdiri disebelah kanan Tuhan, berarti Yesus bukan Tuhan.
** Tulisan Arab berasal dari Al Quran Digital
(2). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat
tersebut di atas (S. 2: 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya.
"Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah kepada kami
bukti-buktinya!" Maka turunlah ayat berikutnya (S. 2: 164) yang
menegaskan adanya bukti-bukti keesaan Tuhan.
(Diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam Sunannya, al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan al-Baihaqi d idalam Kitab Syu'bul Iman yang bersumber dari Abidl-Dluha. As-Sayuthi berpendapat bahwa Hadits ini mu'dlal, tetapi ada syahid (penguatnya).)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa setelah turun ayat ini (S. 2: 163) kepada Nabi SAW di Madinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya. "Bagaimana Tuhan Yang Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?" Maka turunlah ayat berikutnya (S. 2: 164) yang menegaskan adanya bukti-bukti keesaan Tuhan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh di dalam kitab al-'Izhmah yang bersumber dari 'Atha'.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad SAW. "Berdoalah kepada Allah agar Ia menjadikan Shafa ini gunung mas, sehingga kita dapat memperkuat diri melawan musuh." Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (S. 5: 115) untuk menyanggupi permintaan mereka dengan syarat apabila mereka kufur setelah dipenuhi permintaan mereka, Allah akan memberikan siksaan yang belum pernah diberikan kepada yang lain di alam ini. Maka bersabdalah Nabi SAW: "Wahai Tuhanku, biarkanlah aku dengan kaumku, aku akan ajak mereka sehari-demi sehari." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 164) yang menjelaskan mereka meminta Shafa dijadikan emas, padahal mereka mengetahui banyak ayat-ayat (tanda-tanda) yang luar biasa daripada itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas. Sanadnya baik dan maushul, yaitu hadits yang sanadnya tidak terputus sampai kepada Nabi SAW).
(Diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam Sunannya, al-Faryabi di dalam Tafsirnya, dan al-Baihaqi d idalam Kitab Syu'bul Iman yang bersumber dari Abidl-Dluha. As-Sayuthi berpendapat bahwa Hadits ini mu'dlal, tetapi ada syahid (penguatnya).)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa setelah turun ayat ini (S. 2: 163) kepada Nabi SAW di Madinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya. "Bagaimana Tuhan Yang Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?" Maka turunlah ayat berikutnya (S. 2: 164) yang menegaskan adanya bukti-bukti keesaan Tuhan.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh di dalam kitab al-'Izhmah yang bersumber dari 'Atha'.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad SAW. "Berdoalah kepada Allah agar Ia menjadikan Shafa ini gunung mas, sehingga kita dapat memperkuat diri melawan musuh." Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (S. 5: 115) untuk menyanggupi permintaan mereka dengan syarat apabila mereka kufur setelah dipenuhi permintaan mereka, Allah akan memberikan siksaan yang belum pernah diberikan kepada yang lain di alam ini. Maka bersabdalah Nabi SAW: "Wahai Tuhanku, biarkanlah aku dengan kaumku, aku akan ajak mereka sehari-demi sehari." Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 164) yang menjelaskan mereka meminta Shafa dijadikan emas, padahal mereka mengetahui banyak ayat-ayat (tanda-tanda) yang luar biasa daripada itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas. Sanadnya baik dan maushul, yaitu hadits yang sanadnya tidak terputus sampai kepada Nabi SAW).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar